Minggu, 23 Mei 2010

Pengalaman Sedekah Kepala Bagian Divisi Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Ustadz Yusuf Mansur punya Hukum sedekah yang selalu diajarkannya kepada masyarakat luas. “Hukum sedekah itu 5 +1, yakni tahu, yakin, ngamalin, buktiin, rasain, dan ceritain. Menurut da’i muda yang selalu mengkampanyekan sedekah dan Tahajud itu, orang yang bersedekah tidak pernah rugi. Yang ada justru untung besar, bahka berkali-kali. “Tidak hanya dalam bentuk materi (uang), tapi juga nonmateri, seperti kemudahan dan pertolongan dalam berbagai urusan, sertai kesehatan,” tuturnya.

Hal itu sudah dibuktikan oleh Hendro Padmono, Kepala Bagian Divisi Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. “Buah sedekah itu luar biasa. Saya selalu mendapatkan pertolongan dan kemudahan dari Allah dalam berbagai urusan. Tidak hanya itu, rezeki yang kami sedekahkan dibayar langsung oleh Allah SWT beberapa kali lipat,” ungkap Hendro Padmono dalam perbincangan dengan Republika, di kantor Pusat BRI Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lelaki yang sejakkecil bercita-cita jadi insinyur itu mencontohkan,tahun 2004 dia ditugaskan menjadi Pimpinan Cabang BRI di Nusa Tenggara Timur (NTT). “Saya membawahi 60 karyawan, dan saya satu-satunya yang muslim. Namun Alhamdulillah, interaksi dengan karyawan berjalan baik,”tutur alumnus Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajahmada(UGM)tahun 1990 itu.
Suatu hari ada pembongkaran rumah dinas dan dia harus pindah ke tempat tinggalnya yang baru. Ia sengaja memilih waktu sehari setelah Idul Adha. Sesuai ajaran Islam, Hendro pun berkurban. “Saya berkurban sapi, karena harga sapi di NTT sanga tmurah,” ujarnya.
Seperti lazimnya, dia mendapat bagian dari sapi kurban itu. Namun, bagiannya itu pun dia sedekahkan lagi kepada orang lain, sehingga hanya sisa sedikit. Tak disangka, saat akan pindahan, datang karyawan dan keluarganya. Jumlahnya sekitar 50 orang.”Akhirnya, daging sapi yang kami sisakan kami masak rawon. Khawatir tidak mencukupi, kami pun membeli sate dan gule. Ternyata, rawon yang normalnya hanya cukup untuk 10 orang, tidak habis untuk 50 orang. Bahkan, boleh dikatakan, sate dan gulenya tidak diperlukan. Subhanallah,” tuturnya.
Menurut pengalaman Hendro, balasan ALlah terhadap sedekah yang dia lakukan sungguh mengagumkan. “Kadang-kadang kita baru minta sesudah diberi duluan oleh Allah. Padalah sedekahnya belum kita tunaikan,”ujarnya. Selain itu, sedekah pun berbuah solusi. “Dimana pun dan kapan un saya mengalami kesulitan, selalu ada saja yang memberi jalan keluar. Pertolongan ALlah selalu datang saat saya butuhkan. Pertolongan Alah datang bertubi-tubi. Karena itu, saya makin yakin dengan sedekah,” tandasnya.
Bahkan, ketika ia menghadapi hal-hal yang secara akal dan nalar manusia merupakan sesuatu yang musykil, atas izin Allah, hal tersebut bisa terpecahkan. “Kalau ALlah sudah ‘turun tangan’, tidak ada yang tidak mungkin, tegasnya. Pendidikan yang terbaik adalah melalui keteladanan. Ternyata, anak-anak Hendro mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Sewaktu masih tinggal di NTT, banyak teman sekolah anaknya yang tidak bersepatu saat ke sekolah. Saat itu, anak lelakinya berusia tujuh tahun (kelas II SD). Ketika Ramadhan, Hendro memberikan reward Rp 10 ribu hari untuk mendorongnya puasa. “Ternyata, dia mengumpulkan uang lebaran dari eyang, pakde, bude dan omnya untuk membeli sepatu buat teman-temannya. Jumlahnya mencapai 22 pasang. Saya dan istri sampai menangis karena bahagia sekaligus terharu, ungkap Hendro. Tak hanya itu, anaknya pun selalu aktif kalau ada acara-acara sosial keagamaan di sekolah. “Dia selalu mengingatkan kami untuk bersedekah, membantu acara-acara di sekolah, terutama yang berkait dengan penyediaan konsumsi,” papar Hendro Padmono.

Taken from : http://www.republika.co.id/berita/54651/Hendro_Padmono_Menularkan_Ilmu_Sedekah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar