Rabu, 26 Mei 2010

Dengan Senyum Rejekipun Lancar




Image
Sering diungkapkan, bahwa sedekah yang paling mudah dan murah ialah senyum. Modal untuk sebuah senyum, bukanlah uang atau materi. Namun modal utama senyum ialah kelapangan hati. Orang boleh saja senyum manakalah hatinya tak berkenan untuk tersenyum, namun hasil dari senyum itu, ialah senyum kecut yang seolah dipaksa-paksa.

Secara psikologi, sebelum sempat melempar sapa antara satu orang dengan orang lain, pertama kali bahasa yang dipakai ialah bahasa senyum. Taktik jitu inilah yang selama ini diterapkan oleh Siti Sutriah (43 th), seorang pedagang mainan anak dan jam tangan di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta.

Pengalaman hidup di Jakarta yang cukup lama, sejak tahun 1992, membuat mental dagangnya teruji. Beberapa kali pindah kios pun pernah ia jalani sebelum akhirnya ia menetap di PGC sejak 2004 lalu. Berkat dukungan suami pula, ibu tiga anak ini berhasil mengembangkan usahanya tersebut.

Tak seperti pusat perbelanjaan lain pada umumnya, di PGC istri bapak Sumani ini mulai bersiap menata kiosnya sejak pukul 10.00 pagi hingga 20.00 malam setiap harinya. Ketika ditanya seputar dagangannya yang cukup identik ‘mainan anak-anak dan jam tangan’ dirinya mengatakan bahwa dua jenis dagangan inilah yang masih belum terlalu banyak dijual di PGC, tak seperti halnya dengan jenis pakaian.

“Hidup di Jakarta, harus pintar-pintar dan berani mas” kata wanita asli Jawa Timur ini disela pembicaraan. Selain kerasnya kehidupan di Jakarta, tingginya tingkat mobilitas masyarakat, ia sebut menjadi alasan agar kita pintar. “Terlebih saya sebagai pedagang, harus lebih pintar dan bisa membaca peluang pasar. Kalau tidak bisa memberikan hal yang memikat calon pelanggan, bisa-bisa saya gak kebagian pelanggan” katanya sedikit menjelaskan.

Pengalaman itulah yang menjadikan wanita ulet ini jatuh cinta pada jenis mainan anak. Alasannya sederhana, selain lebih bisa tahan lama, tidak terlalu cepat terpengaruh mode layaknya pakaian, faktor perolehan laba yang lumayan juga menjadi alasan tersendiri. Hal ini ia buktikan, setelah beberapa kali berpindah dari satu dagangan ke dagangan yang lain, “Jenis mainan anak inilah yang cocok untuk saya jual dan sreg dengan hati saya” katanya.

Keuletan ibu Sutriah ini diperoleh dari pengalamannya selama ini, senyum ramah dan murah sapa menjadi rahasia tersendiri bagi banyak langganannya di PGC. Kini di kios berukuran 2X3 Meter dirinya dan seorang karyawannya sibuk melayani pembeli. Omzet hariannya tak kurang Rp700 ribu hingga Rp800 ribu/hari, dengan laba sekitar Rp200 ribu/hari. Tak heran, dirinya dan suami seminggu sekali seringkali kulakan mainan anak di pasar senin, atau pasar pagi.

Hingga kini Asset usaha Anggota TAMZIS PGC ini mencapai 30 juta. Ketika ditanya soal pembiayaan TAMZIS, menurutnya TAMZIS mudah, menguntungkan, dan banyak membantunya dalam mengembangkan usaha. Selain itu, letak kantor TAMZIS PGC yang hanya berjarak beberapa meter dari kiosnya, memudahkannya memperoleh layanan TAMZIS setiap saat.

Apa yang dilakukan bu Sutriah seolah menyiratkan rahasia, bahwa dalam persaingan pasar kita harus pintar melayani, ramah kepada pembeli, dan memberikan harga yang bersaing kepada pembeli. Bisa jadi hal inilah salah satu wisata bagi masyarakat Jakarta untuk melapas kepenatannya.
http://www.tamzis.com/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar